Tuan Berjaket Biru

Di sebuah ruang tunggu
tanpa tiang-tiang penopang rindu
duduklah tuan berjaket biru
dengan manis mainkan gitar di malam minggu
Tuan terpejam di tengah dentingan nada yang syahdu
memutar ulang lagu-lagu yang hanya bisa menambah pilu
angin malam yang menumpas habis kenangan itu sudah berlalu
tapi, tuan masih saja sudi bertemu
bertukar kabar dengan hanya memotret masa lalu
gusar bila seorang bertopeng putih itu diganggu.


Tuan berjaket biru,

Kau teguk secangkir perih itu sebagai candu
Kau koyak-koyak luka hatimu demi penipu ulung yang membagi kasih bukan hanya satu

Bosan, aku.





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghapus Standar "Cantik" yang Menyebalkan

Pada Suatu Pagi