Ter-se-rah
Beberapa rasa ada untuk siap diungkap.
membentangkan sayapnya lalu siap diterbangkan.
Ada begitu banyak penjelasan penting menjadi tidak penting
Terserah ! Aku sudah merangkumnya menjadi paragraf yang lebih sederhana.
Aku menyukainya.
Terserah ! Bagaimana caranya membalasku.
Suka atau tidak suka,
Berbalas ataupun bertepuk sebelah,
Terserah ! Lagi pula aku yang akan patah.
Lagi pula mata siapa yang akan berair ?
Hati siapa yang akan ketar-ketir?
Wajah siapa yang harus pandai bersandiwara?
Menutup cemburu yang hampir saja bersuara.
Lihat ! aku berjalan di pematang-pematang takdir
Berharap do'aku didengar lantas Tuhan mengizinkanya hadir,
Lihat ! aku menulis ribuan sajak tak beraturan untuknya,
Mengapa harus beraturan?
Aku tidak berhak mengatur dan tidak mau diatur soal rasa
Biar ! Biarkan semua mengalir seperti sungai yang berkuasa
Meliuk melewati bebatuan untuk sampai ke muara.
Lihat ! Lihat aku baik-baik.
Apa aku terlihat begitu menyedihkan ?
Siapa peduli, ha ?
Lagi pula ini hanya sajak berjudul TER-SE-RAH .
membentangkan sayapnya lalu siap diterbangkan.
Ada begitu banyak penjelasan penting menjadi tidak penting
Terserah ! Aku sudah merangkumnya menjadi paragraf yang lebih sederhana.
Aku menyukainya.
Terserah ! Bagaimana caranya membalasku.
Suka atau tidak suka,
Berbalas ataupun bertepuk sebelah,
Terserah ! Lagi pula aku yang akan patah.
Lagi pula mata siapa yang akan berair ?
Hati siapa yang akan ketar-ketir?
Wajah siapa yang harus pandai bersandiwara?
Menutup cemburu yang hampir saja bersuara.
Lihat ! aku berjalan di pematang-pematang takdir
Berharap do'aku didengar lantas Tuhan mengizinkanya hadir,
Lihat ! aku menulis ribuan sajak tak beraturan untuknya,
Mengapa harus beraturan?
Aku tidak berhak mengatur dan tidak mau diatur soal rasa
Biar ! Biarkan semua mengalir seperti sungai yang berkuasa
Meliuk melewati bebatuan untuk sampai ke muara.
Lihat ! Lihat aku baik-baik.
Apa aku terlihat begitu menyedihkan ?
Siapa peduli, ha ?
Lagi pula ini hanya sajak berjudul TER-SE-RAH .
Komentar
Posting Komentar