Berjalan

 







Berjalan, sayang.

Dalam langkah yang satu-dua lebih lamban dari biasanya, bisa ku lihat warna daun menguning, pohon tua bijak tersenyum kepada angin yang meniup-niup awan putih malu-malu itu. Dituangkannya resah, takut, dan tanya pada warna kelabu sebelum hujan turun di kotamu yang hening.

Telpon rumah berdering dengan nada yang itu-itu saja. Di zaman modern ini, orang lebih suka dengan hal-hal baru, sebentar dipakai sebentar diganti, dan - tidak terjadi percakapan di ruang yang sempit hari itu. 


Maka kita berlari ke tanah lapang.

 Aku tiba lebih awal dengan sepatu yang besar sebelah. Seperti cara badut bekerja, aku membiarkan orang lain tertawa, tapi aku tidak pandai melucu, jadi mereka tidak melempar koin dari sakunya yang kembung. Ramai orang bersorak-sorak menonton pertandingan. Saling adu. Siapa cepat dia dapat. Ah, apalah hal itu, sayang. Tidak lebih dari satu menit aku berlari, tiba lebih awal, tidak mendapat apa-apa.


Berjalan, sayang.   

Setibanya di rumah, banyak hal kita simpan. Di bawah kasur, di kusen jendela, di taman belakang, di almari tua. Banyak hal kita simpan, dan syukurlah, itu hanya milik kita. 


  

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghapus Standar "Cantik" yang Menyebalkan

Pada Suatu Pagi

Tuan Berjaket Biru