Tidak Ada Nama

 Maka biarlah ia tidak bernama lagi.

Tidak mengenalkan diri pada siapa pun. 

Tidak terhitung, tidak perlu dihitung yang jatuh dan yang tumbuh pada tempat bernama rahasia.


"Mars, Albert Camus bilang ... hidup ini tidak bermakna. Upaya untuk menemukan makna selalu berujung pada sebuah kegagalan,"


"Kau percaya?"


"Belum selesai,"


Tapi ia ada. Ia mentari pagi lewat celah di kaca jendela. Kau membentuk bayang-bayang di ubin tua yang rusak, di dinding yang kosong. Sambil membaca sajak-sajak Sapardi, kau berjalan seiring dengannya, ke timur dan barat, ke arah yang ia tuju. 


"Satu-satunya kenyataan yang sering ditolak adalah ketidak jelasan. Padahal, hidup memang nggak jelas. Kenyataan nggak pernah serapi apa yang kita pikirkan,"


Ia menyala seperti api yang kecil. Meliuk-liuk tertiup angin.


"Kau, benar. Kita terlalu sering menyangkal, menambah-nambah daftar kata 'seharusnya dan sebaiknya', mendewakan pola pikir, sampai lupa untuk berjalan,"


"Karena terlalu takut, Mars. Ini dan itu jadi patokan. Konon, orang-orang juga membuang banyak tenaga untuk menjadi normal,"



Dalam jeda yang terburu-buru tiba, ia membentuk tanda tanya. Ke tempat yang mana seharusnya berada?


"Haha.. nggak, nggak! Jangan jadi pengecut untuk mengakhiri ketidak jelasan ini. Kalau hidup tidak bermakna, apalagi mati. Jadi, mulailah berjalan, lebih berani dan bahagia. Mulailah menerima dengan tetap bernyanyi, menari, dan menyeduh secangkir kopi."


"Kau tak suka kopi!"


"A? Ya. Kalau begitu, apapun menu kesukaanmu. Mulailah!"


"Kau tidak berdoa?"


"Aku berdoa. Aku ingin berdoa seperti anak kecil baru lahir. Tidak ku bawa hal-hal memberatkan itu. Tidak terucap, tetapi Tuhan mendengarnya dengan baik. Dan kami menari-nari dengan hening. Begitu dekat, tidak terlihat,"


Maka biarlah ia tidak bernama lagi.

Tidak mengenalkan diri pada siapa pun. 

Tidak terhitung, tidak perlu dihitung yang jatuh dan yang tumbuh pada tempat bernama rahasia itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghapus Standar "Cantik" yang Menyebalkan

Pada Suatu Pagi

Tuan Berjaket Biru