Asalamu'alaikum Ibu-Bapak

Bapak, semoga anak perempuanmu satu-satunya ini bisa terus tumbuh mengikuti jaman dengan kemudi yang baik. Semoga anak perempuanmu ini hanya takut untuk melanggar kebenaran-kebenaran yang memang tak patut dilanggar saja. Sebab aku melihat bagaimana dunia ini semakin menua. Bagaimana hal-hal buruk dianggap menjadi sesuatu yang lumrah. Biasa saja.

Ibu, lihatlah putri kecilmu ini. Dulu ibu yang selalu mengancingkan baju seragamku, mengepang rambutku, menina bobokanku, juga membacakan dongeng-dongeng sebelum akhirnya aku tertidur. Nyenyak sekali, Bu.
Ibu, aku suka sekali menulis abjad di tembok rumah tetangga, aku senang menari bersama teman-temanku, bersepeda di siang bolong, bermain tali. Ah, aku putrimu yang manis sekali saat itu. Iya kan bu?
Ibu aku suka sekali membaca, ibu ingat bagaimana aku antusias meminjam majalah sepupuku untuk ku baca setiap pagi, siang, sore dan malam? Aku belajar otodidak, sungguh. Aku tidak perlu masuk PAUD atau guru les privat. Ibu adalah pengajar terbaik sejagat raya.

Bapak, aku melihat lelah itu sepanjang hari Sabtu dan Minggu. Maaf karena tiga tahun dan tahun-tahun selanjutnya aku akan jarang sekali menemui rumah. Maaf karena kakiku harus terus melangkah meski aku ingin terus menetap, memeluk bonekaku, melihat senyum ibu dan bapak sepanjang hari. Tidak mengapa Pak. Setidaknya kita selalu menghadap arah kiblat yang sama, bersujud di waktu yang sama. Semoga Bapak dan ibu selalu sehat, lancar rezeki dan panjang umur.

Ibu, aku sudah 18. Lihat aku sudah bisa menulis sendiri, membaca novel sendiri. Ah ibu, tapi aku masih ingin mendengar banyak dongeng di pangkuan ibu, selalu.
Ibu, terima kasih dengan tulus.Aku selalu bangga dengan apapun yang ibu punya dan ibu ajarkan.

                                                            Putri Sulungmu ♡

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghapus Standar "Cantik" yang Menyebalkan

Pada Suatu Pagi

Tuan Berjaket Biru