Seperti Maumu, Ta
Ah, ini hari yang melelahkan sekali ta.
Tapi aku masih harus menyempatkan diri berdiskusi dengan ratusan abjad di halaman ini. Seperti biasa, aku tidak akan menuliskan sebuah puisi untuk sebuah permintaan. Lagi pula aku bosan harus menyulap orang-orang jadi sastra lama, klasik dan elusif. Aku mencintai puisi, tapi tidak suka kalau seseorang menyuruhku membuat puisi. Puisi adalah air. Selalu mengalir, bebas, jernih. Tanpa paksaan.
Oya, bagaimana perihal hatimu?
Apa sedikit lebih baik dari hari kemarin? Atau memang setiap hari ia selalu baik ta? Ah, rasanya tidak mungkin selalu baik, selalu senang. Ini hidup kan ta? Hidup adalah rangkaian ekspresi manusia. Boleh marah, sedih, senang, atau kecewa. Kita selalu bebas berekspresi. Mereka bebas pula menilai. Kamu tahu kan? Orang-orang lebih pandai menilai orang lain daripada diri sendiri. Sekarang kamu memintaku untuk menilaimu? Ah, itu perkara kecil ta. Susahnya adalah, bagaimana kamu menerima setiap penilaianku. Bagaimana caranya menjabarkan setiap penilaian melalui tulisan, tidak bisa ta. Tidak semua bisa dijabarkan dengan kalimat.
Tapi intinya, kamu adalah seorang teman. Beberapa bulan lagi kita akan sama-sama melangkah. Jauh sekali ta. Jauh. Mungkin besok atau lusa, kamu akan rindu. Kamu akan tahu betapa teman memang sangat berarti. Tidak masalah ta, zaman sudah begitu canggih, asal bisa menawar waktu saja. Kalau sempat, jangan lupa menelponku yaaaa..
Kita akan banyak mengenang sekolah. Membicarakan masa depan, mungkin juga tinggi badan, atau kita juga masih bisa bertanya "Seseorang yang dulu pernah ada dalam sajak kita apa kabar yaaa?"
Hmmmm, waktu terus saja berjalan. Dan kita terus saja sibuk menyusun rencana tanpa pernah tahu apa rencana Tuhan. Tidak masalah, itu normal. Setidaknya kita punya harapan jangka panjang, punya alas kaki untuk melangkah. Semangat terus ya ta. Mari menukar kebaikan dengan satu takdir baik.
Tapi aku masih harus menyempatkan diri berdiskusi dengan ratusan abjad di halaman ini. Seperti biasa, aku tidak akan menuliskan sebuah puisi untuk sebuah permintaan. Lagi pula aku bosan harus menyulap orang-orang jadi sastra lama, klasik dan elusif. Aku mencintai puisi, tapi tidak suka kalau seseorang menyuruhku membuat puisi. Puisi adalah air. Selalu mengalir, bebas, jernih. Tanpa paksaan.
Oya, bagaimana perihal hatimu?
Apa sedikit lebih baik dari hari kemarin? Atau memang setiap hari ia selalu baik ta? Ah, rasanya tidak mungkin selalu baik, selalu senang. Ini hidup kan ta? Hidup adalah rangkaian ekspresi manusia. Boleh marah, sedih, senang, atau kecewa. Kita selalu bebas berekspresi. Mereka bebas pula menilai. Kamu tahu kan? Orang-orang lebih pandai menilai orang lain daripada diri sendiri. Sekarang kamu memintaku untuk menilaimu? Ah, itu perkara kecil ta. Susahnya adalah, bagaimana kamu menerima setiap penilaianku. Bagaimana caranya menjabarkan setiap penilaian melalui tulisan, tidak bisa ta. Tidak semua bisa dijabarkan dengan kalimat.
Tapi intinya, kamu adalah seorang teman. Beberapa bulan lagi kita akan sama-sama melangkah. Jauh sekali ta. Jauh. Mungkin besok atau lusa, kamu akan rindu. Kamu akan tahu betapa teman memang sangat berarti. Tidak masalah ta, zaman sudah begitu canggih, asal bisa menawar waktu saja. Kalau sempat, jangan lupa menelponku yaaaa..
Kita akan banyak mengenang sekolah. Membicarakan masa depan, mungkin juga tinggi badan, atau kita juga masih bisa bertanya "Seseorang yang dulu pernah ada dalam sajak kita apa kabar yaaa?"
Hmmmm, waktu terus saja berjalan. Dan kita terus saja sibuk menyusun rencana tanpa pernah tahu apa rencana Tuhan. Tidak masalah, itu normal. Setidaknya kita punya harapan jangka panjang, punya alas kaki untuk melangkah. Semangat terus ya ta. Mari menukar kebaikan dengan satu takdir baik.
Aku dong Ri. Pliss sekali aja ��
BalasHapusAku malu Alya mau bikinin buat kamu tapi gak sebagus kamu hehe
BalasHapusAh Ari ngga usah gt lah. Nanti gantian. Oke
BalasHapus