Sebuah Titik
Akhirnya, dia memutuskan mempermalukan dirinya sendiri di depan orang yang selama ini diam-diam dia suka. Memberikan pengakuan tanpa ada yang memintanya. Tanpa perlu berfikir panjang dia sudah melakukan segalanya. Se-ga-la-nya.
Dia bilang, "Semuanya sudah selesai"
Dari pernyataannya itu, kita tahu dia terluka. Lalu, kenapa harus diungkapkan kalau cuma bikin luka?
Karena waktu terus berjalan. Aku tidak tahu sampai kapan perasaanku bertahan. Diam-diam, mengendap-endap, menyelusup.. Aku tidak tahu, sampai kapan aku menunggu. Tapi aku tahu, aku hanya akan melihatnya satu tahun lagi. Maksudku, setelah masa SMAku berakhir, semua kemungkinan bertemu dengannya menjadi satu berbanding seribu.
Aku tidak bisa diam-diam memperhatikannya lagi. Tidak bisa meminjam bolpointnya lagi, tidak bisa membicarakan hal konyol dengannya lagi, lagi, lagi, dan lagi. Ya, melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan orang yang sama pula belum tentu membosankan.
Jadi,hari ini aku merasa sudah pumya alasan yang cukup untuk mengakuinya. Mencintai.
Kenapa harus diam-diam ? Jodoh memang sudah ada yeng mengatur, tapi tetap butuh usaha untuk mendapatkannya.
Tapi dia perempuan. Apa pantas seorang perempuan memulai ? Bukannya perempuan harus menjaga harga dirinya baik-baik ? Harusnya dia menunggu sampai laki-lakinya itu memberikannya kesempatan.
Aku tidak menjatuhkan harga diriku. Tidak sama sekali !
Harusnya, orang melihatku sebagai perempuan yang pemberani. Tidak banyak kan perempuan yang akan melalakukan hal yang sama sepertiku ? Kebanyakan dari mereka hanya akan menunggu, mengkode, berharap. Wajar, laki-laki memang punya ruang yang lebih luas untuk memulai segalanya.Tapi.. hari ini aku memutuskan untuk melangkah. Tidak selamanya kita harus jalan ditempat, komandan tetap akan memberi aba-aba MAJU JALAN.
Komandanku bukan dia! Komandanku adalah yang memberi rasa, yang mengatur semesta, yang mempertemukan satu titik dengan titik lainnya. Dia sekedar titik, dan aku harus mencapainya.
Titik hanya ada di akhir kalimat dan tidak bisa bergerak. Maka akulah yang bergerak.
Aku mengungkapkannya.
Lalu setelah mengungkapkannya apa semua menjadi lebih baik ? Bagaimana cara laki-laki itu membalasnya ? Bukannya dia lebih menyukai orang lain ? Sedih sekali yaaaa..
Aku tidak tahu. Setelah mengungkapkannya sekalipun aku tetap tidak tahu perasaannya. Aku tidak tahu apakah semua menjadi lebih baik atau sama saja. Aku hanya hampa.
Hampa artinya kosong. Tidak sakit, tidak sedih, tidak bahagia, tidak ada perasaan yang cocok.
Aku hanya punya lebih banyak koleksi quotes untuk melanjutkan hobi menulisku. Haha, itu sudah lebih dari indah.
Lagi pula, aku sekedar ingin mengungkapkan. Tidak untuk penerimaan dan yang lainnya. Itu urusannya, suka-tidak suka itu bukan urusanku.
Kalaupun ia menyukai perempuan lain, tidak apa. Asal aku tidak terluka lagi karena memendam segalanya. Aku perempuan, jadi aku juga berharga bukan ? Aku tidak pantas dibuat terluka setiap hari. Aku pantas dibagahiakan. Yaaaaa.. setidaknya dibahagiakan diri sendiri.
Lalu kesimpulannya ?
Selesai. Aku sudah mengungkapkannya hari ini. Dia sudah tahu dari pengakuanku sendiri.
Uh.. rasanya seperti keluar dari penjara dan jatuh ke dasar jurang. Tidak, aku tidak lagi jatuh. Aku terjun bebas. Dia tidak banyak merespon, aku tahu.. dia memang tidak pandai berbasa-basi. Aku suka itu. Entah, dia manis apa adanya. Tapi... rasanya memang seperti penolakan yang sangat lembut. Tidak membuat aku berdarah, hanya membuat mataku berair.
Aku menyukainya, selesai.
Dia bilang, "Semuanya sudah selesai"
Dari pernyataannya itu, kita tahu dia terluka. Lalu, kenapa harus diungkapkan kalau cuma bikin luka?
Karena waktu terus berjalan. Aku tidak tahu sampai kapan perasaanku bertahan. Diam-diam, mengendap-endap, menyelusup.. Aku tidak tahu, sampai kapan aku menunggu. Tapi aku tahu, aku hanya akan melihatnya satu tahun lagi. Maksudku, setelah masa SMAku berakhir, semua kemungkinan bertemu dengannya menjadi satu berbanding seribu.
Aku tidak bisa diam-diam memperhatikannya lagi. Tidak bisa meminjam bolpointnya lagi, tidak bisa membicarakan hal konyol dengannya lagi, lagi, lagi, dan lagi. Ya, melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan orang yang sama pula belum tentu membosankan.
Jadi,hari ini aku merasa sudah pumya alasan yang cukup untuk mengakuinya. Mencintai.
Kenapa harus diam-diam ? Jodoh memang sudah ada yeng mengatur, tapi tetap butuh usaha untuk mendapatkannya.
Tapi dia perempuan. Apa pantas seorang perempuan memulai ? Bukannya perempuan harus menjaga harga dirinya baik-baik ? Harusnya dia menunggu sampai laki-lakinya itu memberikannya kesempatan.
Aku tidak menjatuhkan harga diriku. Tidak sama sekali !
Harusnya, orang melihatku sebagai perempuan yang pemberani. Tidak banyak kan perempuan yang akan melalakukan hal yang sama sepertiku ? Kebanyakan dari mereka hanya akan menunggu, mengkode, berharap. Wajar, laki-laki memang punya ruang yang lebih luas untuk memulai segalanya.Tapi.. hari ini aku memutuskan untuk melangkah. Tidak selamanya kita harus jalan ditempat, komandan tetap akan memberi aba-aba MAJU JALAN.
Komandanku bukan dia! Komandanku adalah yang memberi rasa, yang mengatur semesta, yang mempertemukan satu titik dengan titik lainnya. Dia sekedar titik, dan aku harus mencapainya.
Titik hanya ada di akhir kalimat dan tidak bisa bergerak. Maka akulah yang bergerak.
Aku mengungkapkannya.
Lalu setelah mengungkapkannya apa semua menjadi lebih baik ? Bagaimana cara laki-laki itu membalasnya ? Bukannya dia lebih menyukai orang lain ? Sedih sekali yaaaa..
Aku tidak tahu. Setelah mengungkapkannya sekalipun aku tetap tidak tahu perasaannya. Aku tidak tahu apakah semua menjadi lebih baik atau sama saja. Aku hanya hampa.
Hampa artinya kosong. Tidak sakit, tidak sedih, tidak bahagia, tidak ada perasaan yang cocok.
Aku hanya punya lebih banyak koleksi quotes untuk melanjutkan hobi menulisku. Haha, itu sudah lebih dari indah.
Lagi pula, aku sekedar ingin mengungkapkan. Tidak untuk penerimaan dan yang lainnya. Itu urusannya, suka-tidak suka itu bukan urusanku.
Kalaupun ia menyukai perempuan lain, tidak apa. Asal aku tidak terluka lagi karena memendam segalanya. Aku perempuan, jadi aku juga berharga bukan ? Aku tidak pantas dibuat terluka setiap hari. Aku pantas dibagahiakan. Yaaaaa.. setidaknya dibahagiakan diri sendiri.
Lalu kesimpulannya ?
Selesai. Aku sudah mengungkapkannya hari ini. Dia sudah tahu dari pengakuanku sendiri.
Uh.. rasanya seperti keluar dari penjara dan jatuh ke dasar jurang. Tidak, aku tidak lagi jatuh. Aku terjun bebas. Dia tidak banyak merespon, aku tahu.. dia memang tidak pandai berbasa-basi. Aku suka itu. Entah, dia manis apa adanya. Tapi... rasanya memang seperti penolakan yang sangat lembut. Tidak membuat aku berdarah, hanya membuat mataku berair.
Aku menyukainya, selesai.
Uh Curhatan yang berkelas 😊
BalasHapusAndai di facebook status orang-orang *galau kayak gini semua 👌
BalasHapus