Manusia
Manusia. Tidak suka disama-samakan, dibeda-bedakan ataupun dibanding-bandingkan,
Manusia hanya suka apa yang mereka mau menjadi apa yang mereka dapatkan.
Manusia membuat banyak sekali rencana dalam hidup mereka. Sibuk mempelajari ini itu,
memperjuangkan a b c d. Ambisi, impian, tekad dan segala tetek-bengek lainnya menjadi bumbu dalam kehidupan mereka.
Seperti sebuah drama. Kehidupan ini berputar setiap hari. Dengan ribuan konflik dan latar yang berbeda, dengan alur yang kadang maju, kadang mundur,manusia menjalani perannya masing-masing. Tentu saja mereka punya karakter yang berbeda di tiap-tiap adegan yang mereka mainkan. Ada saatnya mereka benar-benar memainkan tokoh protagonis dengan selalu mengucap syukur, membantu sesama, dan menebar banyak kebaikan pada semesta. Namun, ada saatnya pula, ketika mereka berubah menjadi tokoh antagonis dengan selalu mengeluh, merendahkan sesama, menyombongkan diri dan menebar banyak kejahatan pada semesta.
Hidup adalah hitam dan putih. Air dan api. Langit dan bumi. Benar dan salah. Baik dan buruk. Ya, ada banyak antonim di dunia ini yang justru saling melengkapi. Jika salah satunya hilang, entah baik atau buruknya, maka tidak bisa lagi dikatakan sepasang. Maka tidak lagi bisa dikatakan kehidupan bukan?
Jangan terlalu banyak mengeluh. Jangan terlalu membesar-besarkan ambisi tanpa diimbangi usaha dan doa yang besar pula. Jangan selalu berfikir hidup selamanya akan baik-baik saja. Jangan membiasakan hidup serba mewah, instan, dan mudah. Pada hakikatnya, manusia diciptakan dengan banyak kemampuan. Hidup tidak selamanya mudah, maka mampulah melewatinya. Tapi, hidup juga tidak selamanya susah, maka mampulah menikmatinya.
Bagaimana? Tuhan begitu adil bukan ?
Ya, percayalah bahwa Tuhan memang selalu adil. Meski kadang dengan kemampuan otak kita yang terlalu bebal ini kita tidak tahu letak keadilannya dimana, sekali lagi, percayalah Tuhan selalu adil.
Manusia. Harus pintar merasa, bukan merasa pintar.
Manusia hanya suka apa yang mereka mau menjadi apa yang mereka dapatkan.
Manusia membuat banyak sekali rencana dalam hidup mereka. Sibuk mempelajari ini itu,
memperjuangkan a b c d. Ambisi, impian, tekad dan segala tetek-bengek lainnya menjadi bumbu dalam kehidupan mereka.
Seperti sebuah drama. Kehidupan ini berputar setiap hari. Dengan ribuan konflik dan latar yang berbeda, dengan alur yang kadang maju, kadang mundur,manusia menjalani perannya masing-masing. Tentu saja mereka punya karakter yang berbeda di tiap-tiap adegan yang mereka mainkan. Ada saatnya mereka benar-benar memainkan tokoh protagonis dengan selalu mengucap syukur, membantu sesama, dan menebar banyak kebaikan pada semesta. Namun, ada saatnya pula, ketika mereka berubah menjadi tokoh antagonis dengan selalu mengeluh, merendahkan sesama, menyombongkan diri dan menebar banyak kejahatan pada semesta.
Hidup adalah hitam dan putih. Air dan api. Langit dan bumi. Benar dan salah. Baik dan buruk. Ya, ada banyak antonim di dunia ini yang justru saling melengkapi. Jika salah satunya hilang, entah baik atau buruknya, maka tidak bisa lagi dikatakan sepasang. Maka tidak lagi bisa dikatakan kehidupan bukan?
Jangan terlalu banyak mengeluh. Jangan terlalu membesar-besarkan ambisi tanpa diimbangi usaha dan doa yang besar pula. Jangan selalu berfikir hidup selamanya akan baik-baik saja. Jangan membiasakan hidup serba mewah, instan, dan mudah. Pada hakikatnya, manusia diciptakan dengan banyak kemampuan. Hidup tidak selamanya mudah, maka mampulah melewatinya. Tapi, hidup juga tidak selamanya susah, maka mampulah menikmatinya.
Bagaimana? Tuhan begitu adil bukan ?
Ya, percayalah bahwa Tuhan memang selalu adil. Meski kadang dengan kemampuan otak kita yang terlalu bebal ini kita tidak tahu letak keadilannya dimana, sekali lagi, percayalah Tuhan selalu adil.
Manusia. Harus pintar merasa, bukan merasa pintar.
Komentar
Posting Komentar