Ia, Jadi Matahari Pagi
Mereka pernah berjanji untuk pergi ke sebuah kota. Menghabiskan malam hanya untuk berputar-putar, menghitung bintang, atau lampu jalan yang warna-warni. Rencana yang tidak lebih jitu dari maunya semesta. Tidak ada kota hari ini. Tidak ada warna-warni yang terang. Hanya hijau, biru, dan teduh. Percakapan dan gelak tawa yang membentur keras pohon yang menjulang itu. Ini tempat rahasia, tapi tidak lebih dari perasaan salah satunya. Ia matahari pagi, membentuk bayang-bayang di barat. Senja dan bayang-bayang adalah hal yang paling kau kagumi. Maka, dalam setiap ceritamu, matahari pagi tidak pernah punya tempat. Bukan begitu? Dan, setengah perjalanan pulangnya jadi lebih dingin. Ia ingin menangis, agar kelopak matanya menjadi hangat. Ia ingin memasukan tangannya ke dalam saku celana, tapi disana terlalu banyak kenangan. Ia pilih menghilang saja. Seperti bunglon yang menyamar di antara hijau daun dan cokelat dahan pohon tua yang kokoh. "Tidak apa-apa," artinya adalah in...